Foto: Istimewa |
SERANG | Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang dan Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial atau Korika bakal menjalin kerjasama untuk memprediksi perubahan iklim dengan kecerdasan Artifisial Intelijen. Kerjasama dilakukan sebagai tindakan dini guna mencegah kemungkinan akan muncul berbagai penyakit dampak dari perubahan iklim.
Wakil Bupati (Wabup) Serang Pandji Tirtayasa mengatakan, untuk penerapan dengan metode kecerdasan Artifisial Intelijen akan di komunikasikan lebih lanjut sebagai tindak lanjut pertemuan awal. Katanya, akan ada komunikasi intensif dari tim Korika dan Pemkab Serang membahas terkait model kerjasamanya.
"Nanti saling shering model kerjasamanya seperti apa, ini jadi beban Kabupaten Serang atau tugas kami. (Kerjasama) ini arahnya peningkatan kualitas kesehatan atau pencegahan," ujarnya kepada wartawan.
Hal itu dikatakan Pandji usai menerima audensi bersama Pengurus Korika di Pendopo Bupati Serang pada Kamis, 9 Februari 2023. Turut mendampingi Staf Ahli Bupati Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kesra Rahmat Fitriadi, dan perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di lingkungan Pemkab Serang.
Atas kerjasama yang akan dijalin tersebut, Pandji berterima kasih karena akan membaca kecenderungan-kecenderungan penyakit yang akan timbul itu masih konvensional. Maka, Korika menawarkan untuk bagaimana memprediksi kemungkinan-kemungkinan bisa terjadi dengan perubahan iklim dengan pendekatan artificial intelegency pendekatan.
"Artifisial Intelijen itu tentunya lebih pendekatannya bisa menangani segala kuratif, tapi lebih cenderung kepada penanganan bagaimana penyakit itu tidak timbul. Tadi di sampaikan adanya perubahan iklim, perubahan cuaca penyakit-penyakit yang dulu bisa punah bisa muncul lagi, atau penyakit penyakit yang belum pernah ada dalam cerita bisa datang penyakit-penyakit baru," terangnya.
Dengan pendekatan Artifisial Intelijen, sambung Pandji, akan bisa memprediksi kemungkinan yang bisa terjadi dari perubahan iklim. Kemungkinan yang akan terjadi itu akan segera ditanggulangi dengan mengambil langkah-langkah teknis dan taktis agar penyakit itu yang tadinya kemungkinan bisa terjadi kita bisa tangani sejak dini.
"Kita tangani sejak awal," ucapnya.
"Pendekatannya lebih kepada preventif, karena upaya mencegah itu jauh lebih baik daripada kita mengobati ketika penyakitnya sudah datang, kalau penyakitnya sudah datang itu penanganan kuratif sifatnya," jelas Pandji.
"Nah sekarang dengan pendekatan kita bisa prediksi kemungkinan-kemungkian itu akan terjadi atau akan datang penyakit seperti yang kemarin Polio ujug-ujug muncul, padahal sejak tahun 1970 penyakit polio sudah dinyatakan hilang dari negara kita, terus juga cacar," lanjut Pandji menjelaskan.
Pandji juga berharap, dengan potret kondisi Kabupaten Serang di bidang kesehatan yang sudah di sampaikan baik persoalan lingkungan, sanitasi, masalah suplai air bersih kepada Torika. Akan tetapi, harapannya Korika sudah membaca persoalan-persoalan yang ada di Kabupaten Serang dengan bisa menganalisis, menganalisa nanti akan ada kesepakatan, kesepahaman mana yang harus di kerjakan oleh Kabupaten Serang mana yang menjadi tugas Korika.
"Karena tidak mungkin semuanya itu menjadi beban Korika, nanti akan ada shering, Korika memberikan saran perbaiki ini, benahi ini kami akan masuk di yang tidak mampu oleh Korika dilaksanakan oleh Kabupaten Serang," paparnya.
Pendiri Korika Indra Kusuma mengatakan Korika adalah Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial yang di bidangi BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dulunya, tapi kemudian fokus pada kuad helix yaitu government, universitas kemudian juga industri dan komunitas lainnya. Tujuannya untuk memajukan kecerdasan artifisial misalnya bisa reformasi birokrasi, maritim dan agri culture, kesehatan dan lainnya.
"Kita tujuannya volunteering untuk memajukan kecerdasan artifisial di Indonesia, salah satunya sekarang kami datang untuk membantu di Indonesia mengembangkan sistem kesehatan yang lebih memakai kecerdasan artifisial. Yaitu, prediktif untuk operasionalnya lebih teliti karena perubahan iklim itu membuat tidak pasti, jadi sekarang kesulitannya jauh lebih tinggi daripada normal jadi kita pakai kecerdasan artifisial," ujarnya.
Sambung Indra, bahwa perubahan iklim itu semua penyakit yang bahkan yang pernah ada dan yang belum pernah ada pun jika teorinya perubahan iklim membuat es mencair. Selain es mencair perubahan virus yang ada di dalam es yang sudah zaman lalu bisa beredar di semua tempat, karena es mencair.
"Itu selain karena perubahan cuaca membuat seperti siklus malaria dan lainnya tidak pasti, kita bisa hujan dan panas kapan saja, sekarang suhu tidak tentu itu membuat penyakit itu menjadi tidak bisa diduga sama sekali kedatangannya. Kita ingin mudah-mudahan dengan membuat sistem yang lebih bagus kita bisa memprediksi lebih tepat kira-kira begitu," jelasnya.
Editor: Ansori S
Tidak ada komentar:
Posting Komentar