Dok. Ilustrasi |
SERANG | Budaya pungli berkedok loker memang sulit untuk dimusnahkan di bumi Kabupaten Serang-Banten ini, betapa tidak. Empuknya para oknum calo lowongan kerja menawarkan diri mampu jadi penyalur kerja tak segan-segan meminta bayaran yang cukup fantastis.
Seperti yang terjadi pada KS salah satu calon tenaga kerja asal Kecamatan Binuang, Kabupaten Serang. KS harus rela menyerahkan uang Rp. 17 juta dan 1 juta untuk stempel dari Pemdes Nambo Ilir, Kecamatan Kibun yang diminta oleh calo bernisial RN.
"Jadi waktu itu RN, minta 17 juta, dan nambah 1 juta, alasannya untuk stampel Kades 500 buat dia (RN) 500," aku Ibu KS, Sabtu (26/8/2022).
Keluarga korban juga mengungkapkan, jika uang 17 juta yang diminta RN baru dikembalikan 5 juta.
"Yang 1 juta nggak apa-apa saya ikhlaskan. Tapi RN dan DN saat itu datang hanya baru ngasih 5 juta, dan 12 juta lagi hingga sekarang belum dikembalikan," ungkapnya.
Keluarga KS juga menceritakan, bahwa bukan hanya anaknya yang gagal masuk kerja di PT. PWI 1, namun ada tetangganya yang sama-sama gagal kerja dan telah memberikan uang sebesar 15 juta kepada DN.
"Yang kami tahu, kalo yang ke mereka (calo-red) itu disini ada 3 orang korban. Anak saya 17 juta, dan lainnya masing-masing 15 juta," tandasnya.
Berita terkait: https://www.serangtimur.co.id/2022/08/dugaan-praktik-percaloan-tenaga-kerja.html
Sementara itu, RN dan DN sebelumnya berjanji akan mengembalikan uang seluruhnya milik KS. Kendati demikian, oknum calo loker ini hanya memberikan 5 juta kepada keluarga KS.
Kepada serangtimur.co.id JD yang sebelumnya disebutkan oleh DN merupakan orang dari pihak Desa yang mendapat jatah karyawan di PT. PWI 1, mengatakan, jika rekrutmen karyawan di PT. PWI 1 melibatkan semua pihak, baik orang dalam maupun Pemdes Nambo Ilir.
Dirinya mengakui soal adanya praktek percaloan tersebut, namun ia menyangkal dengan besarnya uang yang diminta oleh RN dan DN. Dan soal penerimaan karyawan baru itu sudah tertuang dalam MoU antara perusahaan dan Desa.
"Kalo sampai 17 juta atau lebih tidak, paling hanya 2-5 juta, itu juga di bagi-bagi," kata JD, Minggu (28/8/2022).
JD juga mengatakan, informasi adanya penerimaan lowongan kerja tentunya dari orang dalam, bahkan terkadang pihak HRD tidak tahu adanya penerimaan karyawan baru, dan biasanya itu dilakukan oleh orang bagian produksi.
"Kalo ada loker saya pasti minta jatah. Sekalipun Desa, ya harus ada bagain, apalagi orang dalam yang bawa-bawa karyawan baru," tukasnya.
[Redaksi]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar