Foto: Istimewa |
JAKARTA | Rektor Universitas Paramadina Prof. Didik J. Rachbini, M.Sc., Ph.D. menyerahkan Paramadina Award kepada Theodore Permadi (TP) Rachmat dalam rangkaian acara Wisuda ke-36 Program Sarjana dan Magister Universitas Paramadina, Sabtu (4/6).
"Ini merupakan perwujudan rasa syukur atas peran dan kontribusi beliau dalam memajukan Universitas Paramadina, mengembangkan pendidikan dan olahraga nasional, serta mengembangkan bakat dan prestasi generasi muda di Indonesia," kata Prof. Didik.
Dalam pidatonya TP Rachmat menyinggung peran pendiri Universitas Paramadina, Prof. Dr. Nurcholish Madjid.
"Saya mengenang mendiang Nurcholish Madjid, salah satu pendiri Universitas Paramadina, lembaga pendidikan yang dibangun dengan tujuan mulia untuk membangun generasi muda yang memiliki kedalaman iman, kepekaan nurani, ketajaman nalar, kecakapan berkarya keluasan wawasan dan kemandirian jiwa," ungkapnya.
Dirinya juga mengagumi beliau dengan ke-Islaman-an yang terbuka, modern dan berpaham plural, tanpa mendiskreditkan apalagi mengancam umat lain yang berbeda keyakinan.
Melalui pidato berjudul "Indonesia Raya, Seribu Tahun Lamanya," TP Rachmat mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki peluang untuk mencapai Indonesia Emas pada tahun 2045.
Beliau menyinggung banyaknya pihak memberikan prediksi positif tentang peran Indonesia di kancah peradaban dunia. Kekayaan alam, besarnya jumlah penduduk, serta letak geografis Indonesia, yang membuat banyak pihak yakin akan besar dan pentingnya peran Indonesia di masa depan.
"Tapi hari ini, kita semua, mengemban amanat yang sama, untuk mengupayakan terjadinya Indonesia Emas di tahun 2045," kata TP Rachmat.
Terlepas dari modal yang telah dimiliki lanjut TP Rachmat, untuk mewujudkan Indonesia Emas memiliki tantangan untuk menyiapkan aspek kualitas manusia. Kualitas manusialah yang akan menjadi penentu dan pembeda bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kebesaran bangsa.
"Banyak bangsa di dunia yang jumlah penduduknya sedikit, tidak memiliki sumber daya alam yang berlimpah, tidak memiliki posisi geografis yang menguntungkan. Namun bangsa-bangsa itu dapat memberikan dampak yang besar bagi dunia melalui beragam karyanya," ujarnya.
Bangsa-bangsa itu kemudian merumuskan prinsip dasar pendidikan, menempatkan talenta - talenta terbaik untuk mengelola pendidikan, mengalokasikan sumber dana yang besar, dan menetapkan kebijakan yang mendukung dan meningkatkan kualitas pendidikan.
Beliau juga menekankan bahwa pendidikan 'amat sangat penting'. Dengan pendidikan, bangsa bergerak maju, melepaskan diri dari berbagai keterbatasan serta belenggu yang menghambat kemajuan.
"Saya memiliki keyakinan bahwa pendidikan yang paripurna adalah pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, namun menanamkan pondasi yang kokoh dalam hal nasionalisme, spiritualitas, nilai-nilai inti, dan cara berpikir yang benar," tukasnya.
"Pendidikan utuh dan menyeluruh, yang ‘beyond brain’. Itu yang akan menjadi faktor penentu untuk terwujudnya Indonesia yang Raya, Indonesia yang ada sampai seribu tahun lamanya," pungkasnya.
Paramadina Award merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan Universitas Paramadina sebagai bentuk apresiasi kepada orang-orang yang konsisten berjuang mewujudkan masyarakat madani Indonesia.
Paramadina Award diberikan kepada tokoh dan institusi yang dinilai sangat berjasa, tidak hanya untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan, tetapi juga kemajuan bangsa dan negara secara luas.
Dr. Fatchiah E. Kertamuda, M.Sc. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Paramadina dalam sambutannya, menjelaskan bahwa wisuda kali ini diikuti oleh 226 Lulusan yang berasal dari 233 total Lulusan Yudisium periode Maret 2022 dari program Sarjana (S1) dan program Magister (S2).
[Rilis]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar