CILEGON | Gas elpiji 3 kilogram di beberapa kota/kabupaten di provinsi Banten mengalami kelangkaan. Kelangkaan ini membuat pedagang menaikkan harga jual hingga Rp 25 ribu bahkan mencapai diangka 39 ribuan pertabung.
Kota Cilegon yang menurut data statistik relative kecil masyarakat miskinnya namun kenyataannya Gas Melon 3 Kg itu menjadi langka hingga mahal harganya, sebagaimana di lansir di media www.siber.news hari ini.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Cilegon menilai adanya keluhan dari masyarakat terkait langkanya gas elpiji 3 Kilogram (Kg), meskipun ada harga yang dijual para pengecer sangat tinggi yakni mencapai Rp 25-30 ribu pertabungnya. Padahal, harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah tidak lebih dari Rp 16 ribu.
Faturohmi, Anggota DPRD Kota Cilegon dari Fraksi Gerindra melalui pesan WhatsAppnya Sabtu (29/5/2021) mengatakan, pemerintah Kota Cilegon untuk turun tangan menangani masalah harga gas yang melebihi harga eceran tertinggi (HET).
Menurut dia, tingginya harga gas cukup meresahkan masyarakat ditengah sulitnya ekonomi saat ini, bila perlu pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap penjual gas yang memasarkan dengan harga tinggi diatas HET yang sudah diatur pemerintah.
"Jika ada tindakan tegas dari pemerintah, kami yakin masalah ini bisa terselesaikan, agar masyarakat tidak resah," ujarnya.
Dengan banyaknya keluhan masyarakat dia meminta Pemerintah Kota Cilegon agar segera menggelar inspeksi terhadap pendistribusian elpiji berbentuk melon tersebut. Jangan sampai harga terus tidak terkendali bahkan langka dipasaran yang membuat warga kebingungan dan resah.
"Keluhan tersebut kita terima dari sejumlah warga dibeberapa wilayah dengan pertabungnya mencapai Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu pertabung," tandas anggota DPRD dari fraksi Gerindra ini.
Sementara Saeful Bahri Ketua Umum Gerakan Moral Anti Kriminalitas Pusat (GMAKS) mengatakan untuk mengantisipasi kelangkaan dan melonjaknya harga gas elpiji tiga kilogram.
Dia meminta agar Disperindag dan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai Penegak dan Pengawal Perda yang sudah dikeluarkan HET dalam Perwal untuk segera menggelar sidak dan operasi pasar.
Sehingga, jika pemerintah kota Cilegon tidak melakukan interpensi atau turun langsung, dipastikan akan membebani ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.
"Saya menilai pengawasan terhadap distribusi elpiji tiga Kg sangat lemah, sehingga harga di pasaran bervariasi dan jauh dengan HET yang telah ditetapkan pemerintah Kota Cilegon," tegasnya.
untuk memutus mata rantai pendistribusian elpiji yang harganya semakin menggila, tentu petugas harus bertindak tegas sehingga elpiji di pasaran kembali normal sesuai HET serta tidak terjadi kelangkaan.
"Agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat, sebaiknya pemerintah segera menetralisir penyebab tingginya harga elpiji bersubsdi tersebut," kata Bahari.
Pangkalan di Link Temu Putih Jual Gas 3 Kg Mahal
Salah satu warga yang berada di Link Temu Putih Blok D pemilik warung gorengan media mengaku harga Gas disini sangat mahal sekali, namun karena butuh, biarpun mahal yang penting ada saja tidak sulit untuk kami membeli.
"Saya dulu bisa membeli gas di pangkalan Sukarni harganya 16 ribu dan saya biasa beli 2 tabung, namun entah apa motifnya hingga kini saya tidak pernah dikasih lagi untuk membeli ke pangkalan bu haji yang persis berada didepan warung saya," ujarnya.
"Sejak dari situ saya di tolak untuk membeli gas di pangkalan itu akhinya saya beli di pangkalan orang batak pangkalan yang baru walau agak jauh tempatnya namun stok barang disitu selalu ada walaupun mahal harganya, terkadang tidak tentu dari Rp 23 ribu sampai 26 ribu," ujar ibu pemilik warung.
"Setahu saya yang belanja di pangkalan milik orang Batak yang baru itu dibawah Agen PT Atara, yang belanja gas kesitu banyak sekali sebab turunya Gas 3 kg seminggu 3 kali dengan jumlah yang besar jadi darimana saja orang bisa beli ke pangkalan itu dengan harga yang sama rata rata 25 ribu," imbuhnya.
(Sb/Redaksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar