JAKARTA, SerangTimur.Co.Id -Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta Pusat yang diwakili oleh Musfir sangat meng lapresiasi diskusi publik yang dilakukan oleh Forum Mahasiswa dan Pemuda Penjaga NKRI (FMPP-NKRI). Dalam pemaparannya, KPU Jakarta Pusat mengatakan kaum milenial punya peran penting dalam menyukseskan Pemilu 2019.
KPU Jakarta Pusat mengajak kaum milenial tidak golput dan sama-sama mensukseskan agenda pesta demokrasi yang paling besar ini serta bergandengan tangan dengan pemerintah untuk memastikan pemilu berjalan dengan lancar, aman dan damai.
Sementara, Al Faris Thalib selaku akademisi menyampaikan anak muda, atau kaum milenial disebut juga "Echo Boomers", karena adanya "Booming" (peningkatan besar) jumlah anak muda sekarang, yaitu tingkat kelahiran pada tahun 1980-an dan 1990-an, tentu ini menjadi hal membahagiakan bagi bangsa ini, jika anak-anak muda dimanfaatkan dengan baik, diberikan ruang untuk berbuat dan berinovasi untuk bangsa ini.
Anak-anak muda tak bisa lagi menjadi anti atau alergi terhadap politik, anak muda harus memiliki peran yang sentral dalam mengawal demokrasi negeri ini, terlibat dalam sistem dan menjadi bagian dari perubahan itu sendiri, karena semua orang tau, jika anak muda memiliki andil besar dalam pembangunan bangsa, maka tunggu saja keajaiban yang terjadi kemudian.
Sebagai penegasan, lanjut Al Farisi Thalib, posisi anak muda menjadi wilayah sentral untuk mendulang suara dari kedua pasangan calon, bahkan menjadi penentu kemenangan dari anggota legislatif dan kedua capres dan cawapres, komisioner KPU pusat Pramono Ubaid Tanhowi menyebut, pemilih milenial akan menjadi penentu siapa yang akan memimpin negeri ini 5 tahun kedepannya, anak-anak muda akan menjadi penentu arah bangsa yang akan dibangun.
Berdasarkan data KPU (2018), pemilih milenial (termasuk pemilih pemula) berjumlah 70-80 juta jiwa dari 185 juta daftar pemilih tetap (DTP) 2019, artinya mencapai 34 % - 40 %, dan ini sangat berpengaruh terhadap hasil pemilu 2019 nanti, namun yang jadi perhatian juga, jika banyak anak muda tidak terlibat atau memberikan hak pilihnya pada pemilu serentak pada bulan April nanti akan sedikit mempengaruhi legitimasi, karena dukungan publik yang rendah.
Dengan posisi yang sangat sentral, apakah anak-anak hanya sebagai partisipan ? Tentu tidak, anak muda bukan lagi menjadi penonton, yang hanya ikut meramaikan, karena ada tujuan yang lebih besar kedepan, tak sekedar pemilu dan siapa yang menang menjadi presiden dan wakil presiden, namun anak-anak muda memiliki visi yang jauh kedepan tentang bangsa ini, kalau bukan sekarang, kapan lagi untuk memulai dan merubahnya.
Sekilas analoginya seperti dalam sepak bola, posisi generasi muda bukan lagi sebagai pemain ke 12 (penonton), atau menjadi pencetak gol di injury time, masuk sebagai cadangan dan mencetak gol kemenangan kesebelasan, tapi posisi anak muda seperti Leonel Messi di Barcelona, keberadaanya menjadi sorotan, bukan sekedar penentu kemenangan, tapi kehadirannya menjadi perhatian khusus untuk team lawan, karena dengan keberadaanya di lapangan, bisa merubah gaya atau ritme permainan, bahkan bisa menentukan hasil akhir sebuah pertandingan, begitu vitalnya keberadaanya, selalu di tunggu kehadirannya oleh teamnya, namun tidak diharapkan oleh team lawan.
Seperti itu lah jika dikontekskan dengan posisi kaum milenial di panggung politik Indonesia saat ini, maka kiprahnya akan di tunggu di pemilu 2019 ini, apakah sekedar menjadi penonton atau pemain inti dalam setiap gejolak politik.
Memang harus diakui, masih banyaknya anak-anak muda yang apatis dengan dunia politik, bahkan enggan untuk terjun dan ambil bagian dari proses pemilu di negeri sedikit disesalkan, belum lagi anak-anak muda yang terlibat politik praktis, terjebak pada politik identitas, dan justru saat ini, banyak anak-anak muda yang kerjanya memprovokasi, menyebarkan informasi yang tidak jelas kebenaranya (Hoax) di media sosial.
Sementara itu, Korps Himpunan Mahasiswa Islam Wati Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (Kohati PB HMI) yang diwakili oleh Kartika mengatakan kaum perempuan, terutama Kohati PB HMI turut terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan KPU atau Bawaslu dan terlibat aktif di masyarakat untuk mengajak kaum milenial tidak menjadi anti terhadap dan harus memiliki peran yang sentral dalam mengawal demokrasi di negeri ini. Kohati PB HMI mengapresiasi kegiatan positif ini.
Kohati juga berharap agar kedepan, anak muda, terkhusus perempuan ikut terlibat dan berperan aktif dalam pesta demokrasi.
Jadi, kegiatan yang dilakukan oleh FMPP-NKRI mendapat respon yang positif dari KPU, Akademisi dan Kohati PB HMI karena kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan ini terselenggara berkat peran aktif serta dukungan dari pemerintah, dalam hal ini presiden Jokowi yang ingin agar pesta demokrasi benar-benar dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, terutama kaum milenial.
(Fh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar